Home » » LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR | ANALISA KUANTITATIF

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR | ANALISA KUANTITATIF

 

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR (ANALISA KUANTITATIF) BISA DI DOWNLOAD DISINI

BAB I

PENDAHULUAN

                Analisa volumetri merupakan suatu analisa kuantitatif yang dilakukan dengan jalan mengukur volume larutan yang telah diketahui dengan  teliti. Larutan tersebut harus dapat bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang akan diukur dengan volumenya tertentu.
Tujuan dari pratikum kali ini dengan materi pengenalan analisa kuantitatif standarisasi larutan 0,1 NaOH dan penggunaannya dalam penentuan kadar asam cuka adalah untuk mengenal metode analisa kuantitatif dan menetapkan kadar asam cuka, serta mampu menerapkan reaksi asam-basa untuk menetapkan reaksi asam atau basa. 
Manfaat dari praktikum ini adalah kita dapat mempraktekkan secara langsung dan mengenal analisa kuantitatif, serta mengenal jenis dan cara kerja beberapa analisa kuantitatif.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Analisa Kuantitatif
Analisa Kuantitatif adalah analisa yang berkaitan dengan berapa banyaksuatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sample. Zat yang ditetapkan tersebutyang sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau besar sample                                               yang dianalisis (Underwood, 1999). Analisis kuantitatif adalah analisis kimia yang khusus mempelajari atau menyelidiki jumlah atom, ion, atau molekul penyusun suatu persenyawaan. Biasanya analisis kuantitatif sering disebut juga analisis jumlah (Zulkarnaen, 1991). Analisa kuantitatif merupakan pemisahan suatu materi menjadi partikel-partikel. Fungsinya yaitu untuk menetapkan berapa banyak unsur atau zat yang ada dalam senyawa campuran. Analisa kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel, zat yang ditetapkan tersebut dinyatakan sebagai konstituen. Jika zat yang dianalisa tersebut menyusun lebih dari sekitar 1% dari sampel maka analisis ini dianggap konstituen utama zat itu. Hal itu dapat dikatakan konstituen minor suatu zat jumlah berkisar 0,01% sampai 1% dari sampel terakhir, serta apabila dikatakan konstituen trace jika suatu zat ada yang kurang                           dari 0,01% (Irfan, 2000 ).





2.2  Macam-macam Analisa Kuantitatif
2.2.1    Volumetri
            Volumetri merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrsainya (Irfan, 2000). Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volum terentu. Analisa kuantitatif merupakan suatu upaya untuk menguraikan atau memisahkan suatu kesatuan bahan menjadi komponen-komponen pembentukan sehingga data yang diperoleh ditinjau                                 lebih lanjut (Haryadi, 1990).
            Reaksi-reaksi dalam volumetri terdiri dari 1) Reaksi netralisasi contoh : HC1 + NaOH →NaCl + H2O, 2) Reaksi pengendapan atau pembentukan senyawa kompleks contoh : AgNO3 + NaC →AgCl + NaNO3, 3) Reaksi redoks contoh : 2FeCl3 + SnCl2 →2FeCl2 + SnCl4. Suatu analisis kimia terdiri daru empat tahapan yaitu : 1) Pengambilan atau pencuplikan smaple, 2) Mengubah analit menjadi suatu bentuk yang sesuai untuk pengukuran, 3) Pengukuran, 4) Perhitungan dan penafsiran pengukuran (Underwood, 1994).
2.2.2        Gafimetri
Gafimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam – garam klorida. Dapat dilakukan dengan cara evaluasi, dengan memasangkan bahan tersebut atau mereaksikan dengan suatu pereaksi sehingga yang dicari adalah banyaknya gas yang dicari. Cara pengendapan bahan direaksikan , sehingga terjadi suatu endapan dan endapan itu                                   akan ditimbang (Rosenberg , 1994). Gavimetri adalah suatu teknik pengukuran kadar dalam suatu larutan yang biasa berupa garam-garam                             klorida (Underwood, 2002).
2.2.3        Asidimetri dan Alkalimetri
Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam  (Underwood, 1990). Asidimetri adalah pengukuran jumlah asam atau pengukuran dengan asam yang diukur jumlah asam atau garam (Haryadi, 1990).
2.2.4        Presipitrimetri
Presipitrimetri adalah cara tirasi dimana terjadi endapan (presipilat) sebagai contoh yang mudah adalah :
       AgNO3 + NaCL                 AgCL + NaNO3
Makin larut garam yang terbentuk makin sempurna reaksin yang dihasilkannya (Underwood, 1990). Presipitrimetri adalah cara titrasi di mana terjadi endapan (presipilat) (Haryadi, 1990).
2.2.5        Idiometrri
Idiometri ialah salah satu bentuk pengukuran dari suatu oksidator dengan mempergunakan larutan kalium iodo yang berlebihan dimana I2 yang dibebabskan dengan titrasi kembali dengan mempergunakan kalium kosulfat. Iodo termasuk tirasi reduksi  dan oksidasi. Senyawa iodide merupakan suatu pereaksi dan reaksi yang cukup kuat , lebih kuat dari iodemetrik. (Rosenberg , 1994).  
2.2.6        Spektometri
Adalah penentuan kadar suatu zat berdasarkan hasil analisa                  spektrum zat atau dengan berdasarkan transmitasi larytan terhadap                 cahaya pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan instrumen spektometri (Rosenberg , 1994).  

BAB III
MATERI DAN METODE
Praktikum kimia Analisa Kuantitatif dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 11 Oktober 2009 pada pukul 13.00-15.00 WIB di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
3.1.Materi
            Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisa kuantitatif adalah Erlenmeyer 100ml untuk tempat zat yang ditirasi, corong untuk membantu memasukkan larutan yang sempit mulutnya, labu ukur 250 ml dan 100 ml untuk tempat melakukan pengenceran dengan volume tertentu, buret untuk tempat zat yang akan menitrasi, pipet tetes untuk mengambil larutan dengan jumlah sedikit, gelas beker sebagai tempat larutan dan pipet volume 10 ml dan 5 ml untuk mengambil larutan dalam jumlah yang cukup banyak.
            Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah asam oksalat(H2C2O4) sebagai pengencer ataupun pentitrasi larutan NaOH, sedangkan NaOH 0,1 M sebagai larutan untuk menitrasi asam cuka yang akan dihitung kadarnya yang dicampur dengan aquades, fenolftalein(PP) 1% sebagai indikator  penunjuk.

3.2 Metode
3.2.1 Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
            Standarisasi NaOH dengan larutan asam oksalat yaitu menimbang dengan tepat 0,63 gram oksalat (H2C2O4.2H2O), melarutkan asam oksalat yang sudah ditimbang kedalam aquades kemudian diencerkan menjadi 100ml dengan labu ukur, memasukkan larutan asam oksalat kedalam buret, mengambil 15 ml NaOH dan memasukkan kedalam Erlenmeyer 100ml, kemudian menambahkan 3 tetes indikator PP, larutan dititrasi dengan asam oksalat standart sampai warna merah indikator hilang. Mencatat voleme asam oksalat yang diperlukan. Melakukakn titrasi sebanyak 3 kali, menghitung konsentrasi.
3.2.2 Penetapan Kadar Asam Cuka
            Penetapan kadar asam cuka adalah dengan langkah antara lain mengisi larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya kedalam buret, mengambil 5 ml asam cuka dan mengencerkannya menjadi 250 ml dengan labu ukur, mengambil 10 ml asam cuka yang telah diencerkan dan memasukkan kedalam Erlenmeyer, menambahkan 3 tetes indicator PP, menitrasi larutan dengan NaOH sampai timbul warna merah muda yang tepat. Mengulangi titrasi 3 kali lagi untuk Erlenmeyer yang lain, mencatat volume NaOH yang diperlukan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Standartisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Tabel 1. Standarisasi NaOH dengan Larutan Asam Oksalat
Keterangan
Volume Asam Oksalat (ml)
Titrasi I
14 ml
Titrasi II
16 ml
Titrasi III
14 ml
Rata-rata
14,6 ml
Sumber Data Praktikum Kimia Dasar, 2009
Perhitungan Normalitas NaOH
N1 x V1 = N2 x V2
0,1 x 14,6 = N2 x 15
1,46 = 15 N2
                            
N2  = 0,097 N
Pada percobaan pertama larutan NaOH diberi 3 tetes PP lalu dihitung dengan larutan asam oksalat kemudian menghitung volum asam oksalat yang diperlukan untuk menitrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna NaOH yang diberi indikator PP menjadi berwarna merah. Ini mencirikan bahwa NaOH bersifat basa dan setelah dititrasi larutan NaOH menjadi tidak berwarna jadi larutan asam reaksinya yaitu 2NaOH + N2C2O4 . 2H2O            Na2C2O4 + 4H2O

Hal ini sesuai dengan pengertian volumetri yaitu merupakan suatu metode analisa kuantitatif yang dilakukan dengan cara mengukur volume larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti, lalu mereaksikannya, telah diketahui dengan larutan yang akan ditentukan konsentrasinya ( Irfan , 2000 ). Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan pada praktikum standarisasi NaOH titrasi I menghasilkan volume asam oksalat 14,0 mL sedangkan pada titrasi II mengalami kenaikan menjadi 16 mL faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi sehingga memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi I. Sesuai dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi.
4.2 Penetapan Kadar Asam Cuka
Tabel 2. Pengukuran Kadar Asam Cuka
Keterangan
Volume NaOH (ml)
Titrasi I
6 ml
Titrasi II
5,5 ml
Titrasi III
7,5 ml
Rata-rata
6,3 ml
Data Praktikum Kimia Dasar, 2009
Perhitungan Asam Cuka
=
=
= 9,167%
            Analisa volumetri merupakan alat kuantitatif yang juga bertujuan menentukan kadar suatu zat dalam larutan dengan cara pengukuran volume suatu larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan menggunakan rumus :
                                                     N1 . V1 = N2 . V2
Dalam hal ini konsentrasi larutan dinyatakan dengan normalitas. Dalam titrasi ini digunakakn indikator PP karena merupakan indikator yang dapat menunjukkan warna yaitu berwarna merah muda dalam keadaan basa dan tidak berwarna dalam keadaan asam. Fenolftalein berubah warna pada titik ekuivalen dan memilih suatu indikator yang berubah pada sekitar pusat pada ekuivalen terjadi. Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan pada praktikum standarisasi NaOH titrasi I menghasilkan volume asam oksalat 14,0 mL sedangkan pada titrasi II mengalami kenaikan menjadi 16,0 mL faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi, sehingga memerlukan asam oksalat lebih banyak dari titrasi I. Sesuai dengan pendapat Underwood (1994) yang menyatakan bahwa faktor yang menyebabkan kenaikan volume asam oksalat yaitu lambatnya reaksi titrasi yang terjadi.

BAB V
KESIMPULAN
Analisa volumetri merupakan salah satu metode dari analisa kuantitatif    yang digunakan untuk menentukan banyaknya suatu zat dalam volume tertentu dengan mengukur banyaknya larutan volume standar yang dapat bereaksi secara kuantitatif dengan zat yang akan diketahui.
Dalam percobaan tersebut tingkat ketelitiaannya biasanya kurang. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain adanya kelebihan dan kekurangan air dalam pengenceran, penetesan indicator PP yang tepat 3 tetes atau indikator PP yang telah terkontaminasi dengan zat lain, kurang lebihnya waktu dalam penghentian proses titrasi, larutan standar masih terus mengalir, walau sudah saatnya berhenti. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada waktu praktikum ini dapat mengakibatkan hasil perhitungan yang tidak sama dengan sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA
Day, Underwood.1999.Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi VI. Erlangga. Jakarta.
Haryadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia, Jakarta.
Irfan, Anshory.2000. Ilmu Kimia. Erlangga : Jakarta.
Khoppar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Organik. Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Rosenberg, Jerome.1994. Kimia Dasar. Edisi IV.  Erlangga : Jakarta.
Underwood, A.L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Zulkarnaen, A. K. Kimia Analisa Kuantitatif. 1991. Departemen Perindustrian                                
                SMTI, Yogyakarta.